.:rfandrian:. Kunjungi blog XII IPA 3 http://bajikasuru.blogspot.com/ .:rfandrian:.

Sabtu, 25 Desember 2010

UJung berung dalam leganda sangkuriang

“Sesuatu yang olehnya manusia menjadi apa yang terwujud,
sesuatu yang olehnya manusia mempunyai karakteristik yang khas,
sesuatu yang olehnya ia merupakan sebuah nilai yang unik.”

Leahy, 1985

Legenda Sangkuriang awalnya merupakan tradisi lisan. Rujukan tertulis mengenai legenda ini ada pada naskah Bujangga Manik yang ditulis pada daun palem yang berasal dari akhir abad ke-15 atau awal abad ke-16 Masehi[1]. Dalam naskah tersebut ditulis bahwa Pangeran Jaya Pakuan alias Pangeran Bujangga Manik atau Ameng Layaran mengunjungi tempat-tempat suci agama Hindu di Jawa dan Bali akhir abad ke-15. Setelah melakukan perjalanan panjang, Bujangga Manik tiba di tempat yang sekarang menjadi kota Bandung. Dia menjadi saksi mata yang pertama kali menuliskan nama tempat ini beserta legendanya. Laporannya adalah sebagai berikut:

Leumpang aing ka baratkeun
datang ka Bukit Patenggéng 
Sakakala Sang Kuriang
Masa dék nyitu Ci tarum
Burung tembey kasiangan
[2]

Berdasarkan legenda tersebut diceritakan bahwa Raja Sungging Perbangkara pergi berburu. Di tengah hutan, Sang Raja membuang air seni yang tertampung dalam daun cariang (keladi hutan). Seekor babi hutan betina bernama Wayungyang yang tengah bertapa ingin menjadi manusia meminum air seni tadi. Wayungyang hamil dan melahirkan seorang bayi cantik. Bayi cantik itu dibawa ke keraton oleh ayahnya dan diberi nama Dayang Sumbi alias Rarasati. Banyak para raja yang meminangnya, tetapi seorang pun tidak ada yang diterima. Akhirnya, para raja saling berperang di antara sesamanya.

Merasa tidak enak dengan situasi tersebut, Dayang Sumbi atas permintaannya sendiri mengasingkan diri di sebuah bukit ditemani seekor anjing jantan yaitu si Tumang. Ketika sedang asyik bertenun, toropong (torak) yang tengah digunakan bertenun kain terjatuh ke bawah. Dayang Sumbi karena merasa malas, terlontar ucapan tanpa dipikir dulu. Dia berjanji, siapa pun yang mengambilkan torak yang terjatuh bila berjenis kelamin laki-laki, akan dijadikan suaminya. Si Tumang mengambilkan torak dan diberikan kepada Dayang Sumbi. Dayang Sumbi akhirnya melahirkan bayi laki-laki diberi nama Sangkuriang.

Ketika Sangkuriang berburu di dalam hutan, disuruhnya si Tumang untuk mengejar babi betina Wayungyang. Karena si Tumang tidak menurut, lalu dibunuhnya. Hati si Tumang oleh Sangkuriang diberikan kepada Dayang Sumbi, lalu dimasak dan dimakannya. Setelah Dayang Sumbi mengetahui bahwa yang dimakannya adalah hati si Tumang, kemarahannya pun memuncak. Serta merta kepala Sangkuriang dipukul dengan senduk yang terbuat dari tempurung kelapa sehingga luka.

Sangkuriang pergi mengembara mengelilingi dunia. Setelah sekian lama berjalan ke arah timur, akhirnya sampailah ia di arah barat lagi dan tanpa sadar telah tiba kembali di tempat Dayang Sumbi, tempat ibunya berada. Sangkuriang tidak mengenal bahwa putri cantik yang ditemukannya adalah Dayang Sumbi–ibunya sendiri. Terjalinlah kisah kasih di antara kedua insan itu. Tanpa sengaja, Dayang Sumbi mengetahui bahwa Sangkuriang adalah puteranya, dengan tanda luka di kepalanya. Walau demikian, Sangkuriang tetap memaksa untuk menikahinya. Dayang Sumbi meminta agar Sangkuriang membuatkan perahu dan sebuah talaga (danau) dalam waktu semalam dengan membendung sungai Citarum. Sangkuriang menyanggupinya.

Maka dibuatlah perahu dari sebuah pohon yang tumbuh di arah timur, tunggul/pokok pohon itu berubah menjadi gunung Bukit Tunggul. Rantingnya ditumpukkan di sebelah barat dan mejadi Gunung Burangrang. Dengan bantuan para guriang, bendungan pun hampir selesai dikerjakan. Tetapi Dayang Sumbi bermohon kepada Sang Hyang Tunggal agar maksud Sangkuriang tidak terwujud. Dayang Sumbi menebarkan irisan boeh rarang (kain putih hasil tenunannya), ketika itu pula fajar pun merekah di ufuk timur. Sangkuriang menjadi gusar, di puncak kemarahannya, bendungan yang berada di Sanghyang Tikoro dijebolnya, sumbat aliran sungai Citarum dilemparkannya ke arah timur dan menjelma menjadi Gunung Manglayang. Air Talaga Bandung pun menjadi surut kembali. Perahu yang dikerjakan dengan bersusah payah ditendangnya ke arah utara dan berubah wujud menjadi Gunung Tangkubanparahu.

Melihat itu, Dayang Sumbi segera melarikan diri. Sangkuriang terus mengejar Dayang Sumbi yang mendadak menghilang di Gunung Putri dan berubah menjadi setangkai bunga Jaksi. Adapun Sangkuriang, akhirnya menghilang kea lam gaib (ngahiyang) setelah sampai di sebuah tempat yang disebut Ujungberung.
***
Legenda bukanlah kisah historis, tetapi berupa mitos yang menjadi acuan hidup masyarakat pendukung kebudayaannya. Demikian pula yang terjadi pada legenda Sangkuriang, Gunung Tangkubanparahu, dan Ujungberung, ruang yang melatari kisah di dalam buku ini. Sebelum kita benar-benar beranjak dari legenda dan mitologi dan masuk ke pembahasan yang lebih komprehensif mengenai sejarah Ujungberung dan komunitas Ujungberung Rebels, ada baiknya kita memahami lebih jauh makna di balik legenda Sangkuriang.

Di bawah ini adalah nama-nama dan tempat-tempat serta aspek lainnya yang terdapat dalam legenda Sangkuriang, yaitu “Sungging Perbangkara”, “babi hutan Si Wayungyang”, “Dayang Sumbi atau Rarasati”, “anjing Si Tumang”, “Sangkuriang”, “taropong (torak)”, “Citarum”, “Sanghyang Tikoro”, “Gunung Putri”, “Gunung Manglayang”, “Talaga Bandung”, “kembang Jaksi”, “boeh raring“, “Gunung Bukit Tungggul”, “Gunung Burangrang”, “Gunung Tangkuban Parahu”, dan akhirnya “Ujungberung.”

- Babi hutan WAYUNGYANG. Artinya: Wayungyang > w(b)ayeungyang = perasaan yang tidak tenteram, gundah gula. Maknanya: Seseorang yang masih berada dalam sifat kehewanan tetapi telah mulai bimbang dan menginginkan menjadi seorang manusia seutuhnya (berperi-kemanusiaan).

- DAYANG SUMBI (DANGHYANG). Artinya : > Dang = penanda hormat, honorifik. Yang < Hyang = gaib. > Sumbi = 1) tendok = alat untuk menusuk hidung kerbau agar menurut. 2) Bagian ujung terdepan dari perahu sebagai penunjuk arah dalam berlayar. Maknanya: Petunjuk gaib sebagai kendali manusia dalam menentukan arah dalam melayari kehidupannya. Bisa dimaknai pula sebagai kata hati, nurani yang mendapat pencerahan hidayah Allah Swt.

- RARASATI nama lain dari Dayang Sumbi. Artinya : > Raras = perasaan yang sangat halus. > ati = hati, qalbu. Maknanya: Hati atau qalbu yang penuh dengan kehalusan budi karena mendapat pancaran sinar Ilahi.

- Si TUMANG. Artinya: > tumang = 1) Peti yang tertutup (b. Kawi), 2) mangmang = sumpah (b.Kawi) tu-mang-mang = orang yang terkena sumpah karena waswas. Maknanya: karakter seseorang yang selalu asal bersumpah, waswas, akhirnya termakan sumpahnya sendiri, hatinya seperti peti yang tertutup rapat tidak mendapat pencerahan.

- SANGKURIANG. Artinya: > 1) Sang = penanda hormat, honorifik. > Kuriang .. saya, ego. 2) Sang = penanda hormat, honorifik. > Kuriang < guru + hyang = ego yang gaib. Maknanya: Sangkuriang = Jiwa (ego) non material yang menjadi dasar tumbuhnya kesadaran mental manusia yang selalu mendapat cobaan dan ujian kualitas dirinya.

- TAROPONG. Artinya : 1) Alat bertenun dari sepotong bambu kecil (tamiang) tempat benang pakan (torak); 2) Alat untuk melihat sesuatu agar lebih jelas (teropong). Maknanya: Kegiatan (semangat) manusia dalam menata perilaku kehidupan agar terusun tertib sesuai dengan kualitas dirinya serta mampu melihat dengan jelas alur (visi) kehidupannya.

- Sungai CITARUM. Artinya: > Ci .. air. > Tarum = sejenis tumbuhan, daunnya untuk memberi warna indigo tua (hampir hitam) pada kain/benang tenun. Maknanya: Kehidupan adalah seperti air mengalir dalam perjalanannya akan mengalami beragam celupan kehidupan, kebahagiaan, keprihatinan dan juga hal-hal negatif lainnya sebagai ujian keteguhan hatinya.

- SANGHYANG TIKORO. Artinya: > Sang = penanda hormat, honorifik. > Hyang = gaib. >Tikoro = saluran di leher untuk bernafas dan berbicara (tenggorokan) atau saluran di leher untuk makan (kerongkongan). Maknanya : Kemampuan manusia dalam berbicara tentang apa pun yang baik atau pun yang jelek serta sering dilalui makanan entah yang halal atau yang haram.

- Gunung PUTRI. Artinya > Putri = gadis, wanita cantik jelita, bangsawan. Maknanya: Karakter manusia yang dihiasi nilai keindahan dan cinta kasih. Dimaknai sebagi sifat kewanitaan (feminim, jamalliyah, rohimmi) yang penuh rasa kasih sayang.

- Gunung MANGLAYANG. Artinya: > Manglayang = 1) ngalayang, melayang. 2) Mang-layang > palayangan = Saluran untuk pembuangan air kolam/talaga. Maknanya : Kemampuan manusia untuk menguras dan membersihkan dirinya dari karakter yang kotor.

- Kembang JAKSI . Artinya: 1) Jaksi > bisa dimaknai jadi saksi . 2) Jaksi = bunga sejenis pohon pandan. Maknanya: Segala sesuatu yang dikerjakan seseorang akhirnya akan menjadi saksi pula bagi dirinya.

- Gunung BUKIT TUNGGUL. Artinya : > Bukit = Bentuk gunung yang lebih kecil. > Tunggul = pokok pohon. Maknanya: Siapapun orangnya, kaya-miskin, pembesar atau pun rakyat kecil semuanya mempunyai pokok sejarah dirinya (leluhur) dan juga mempunyai pokok jati dirinya.

- Gunung BURANGRANG. Artinya > Burangrang > Bukit + rangrang. > rangrang adalah ranting. Maknanya : Siapa pun orangnya tetap akhirnya akan ada sangkut pautnya dengan keturun dan masyarakat yang akan dating, yang pada gilirannya semuanya akan hilang ditelan masa (ngarangrangan).

- Gunung TANGKUBANPARAHU. Artinya: >Tangkuban = tertelungkup, menelungkup. > Parahu = perahu. > Gunung Tangkubanparahu = gunung yang bentuknya seperti perahu yang tertelungkup. Maknanya: Dalam kosmologi Sunda, gunung dimaknai sebagai tubuh manusia. Gunung Tangkubanparahu dimaknai sebagai manusia yang sedang menelungkupkan dirinya dan itu menandakan suasana hati yang sedang bingung penuh penyesalan.

- TALAGA BANDUNG. Artinya: > talaga = danau. >bandung = 1) perahu atau dua buah rakit yang disatukan dan di atasnya dibuat tempat berteduh. 2) bandung > bandung + an = memperhatikan, menyimak. Maknanya: Talaga dimaknai sebagai alam kehidupan di dunia ini. Talaga Bandung = Dalam kehidupan di dunia ini kita ibarat perahu yang dirakit berpasangan dengan sesama makhluk lain, seyogyanya dapat membangun kehidupan bersama, yaitu kehidupan yang saling memperhatikan, silih asih, silih asah dan silih asuh, interdependensi (saling ketergantungan yang harmonis), equaliter (setara di depan hukum), dan egaliter (setara di dalam kehidupan)

- UJUNGBERUNG. Artinya: > ujung = akhir. >berung > ngaberung = menurutkan hawa nafsu. Maknanya : Berakhirnya gejolak hawa nafsu yang negatif.
***

sumber: vikingpersib.net